Angka Bebas Jentik DI Sleman Rendah
sembada.id – Kesadaran masyarakat Sleman dalam
berperilaku hidup bersih perlu ditingkatkan, terutama terhadap tempat-tempat
tendon air atau tempat yang berpotensi menjadi sarang nyamuk. Ini penting,
sebab hasil monitoring di beberapa tempat rata-rata angka bebas jentik (ABJ)
masih dibawah target nasional ABJ 95%. Data 2016 ABJ berada di angka
89,8%.
Terakhir saat tim
kelompok kerja operasional (Pokjanal) deman berdarah dengue (DBD) Sleman
melakukan monitoring jenting di Kasuran, Margomulyo, Seyegan dan Duwet,
Sedangadi, Mlati diketahui ABJ di dua daerah tersebut masih dibawah 90%. Yaitu
86,6% di Kasuran dan 70,28% di Duwet.
Masih rendahnya
ABJ ini berkorelasi dengan tingginya kasus DBD di Sleman. Tercatat pada tahun
2016, ada 880 kasus, Sembilan di antaranya meninggal dunia dan hingga Oktober
2017 sudah terjadi 350 kasus, tiga di antaranya meninggal dunia. Kasus DBD
sendiri telah merata di 17 kecamatan yang ada di Sleman.
Kabid Kesehatan
Masyarakat (Kesmas) Sleman Bambang Suharjono mengatakan masalah ABJ ini memang
menjadi perhatian serius instansinya. Terutama dalam mengedukasi pentingnya
menjaga kebersihan lingkungan, termasuk tempat-tempat penampungan air, agar
tidak menjadi tempat sarang dan berkembangnya nyamuk.
“Masalah pemantuan
jentik ini masih menjadi fokus kami,” kata Bambang usai pemantauan jentik di
Seyegan dan Mlati, Jumat (13/10/2017).
Menurut Bambang
sebenarnya untuk permasalahan jentik ini telah melakukan berbagai upaya. Selain
dengan pembinaan juga melakukan monitoring di beberapa daerah, membentuk kader
juru pemantau jentik (jumatik) hingga tingkat RT. Bahkan untuk jumantik ini,
bukan hanya melibatkan orang dewasa namun juga anak-anak. Khusus anak-anak juga
ada kelompok tanggan bocah (tabo) yang melakukan kegiatan PHBS setiap minggu di
wilayah masing-masing.
“Meski begitu,
untuk kesadaran dalam menjaga kebersihan lingkungan masih harus ditingkatkan,
minimal untuk ABJ sama dengan target nasional, yaitu 95%,” ungkapnya.
Kepala Seksi
(kasi) Survailans dan Imunisasi Bidang Penanggulangan Penyakit Dinkes Sleman
Mujiyana menambahkan karena ABJ di Sleman belum aman, meminta masyarakat lebih
aktif dalam melakukan monitoring jentik di setiap rumah. Selain penampung air
juga tempat-tempat diluar rumah seperti bekas botol, kaleng, ban dan
tunggak bamboo. Sebab jika ada airnya berpotensi untuk tempat jentik
nyamuk.
“Yang jelas
masyarakat harus selalu waspada dengan meningkatkan Pemantau Jentik Berkala
(PJB),” tambahnya.
Selain itu
juga harus mencari solusi agar ABJ bisa terwujud dan yang lebih baik lagi
bila satu keluarga terbentuk satu jumantik untuk memonitor di lingkungan
keluarganya. Termasuk kader Jumantik bisa bekerja sama dengan
anak-anaknya untuk ikut aktif mengikuti monitoring. Kalau ABJ belum terwujut,
minimal masyarakat bisa melakukan gerakan sapu bersih dengan cara gotong royong
yang melibatkan semua unsur masyarakat dengan peralatan yang lengkap, misalnya
tempat-tempat yang rawan untuk berkembangnya nyamuk dibersihkan.
“Ini yang menjadi
tantangan kami dan masyarakat,” ungkapnya. (sbd)
0 Response to "Angka Bebas Jentik DI Sleman Rendah"
Posting Komentar