Mahasiswa UII Ciptakan Walker Chair Untuk Anak Autis
Ciptaan mereka
bukan hanya sebagai solusi untuk merangsang motorik sensorik bagi anak autis tipe CDD, namun juga berhasil meraih bronze (perunggu) dalam exibition,
workshop and competition, di Univeristas Malaya,Malaysia, 8-9 November 2017
lalu. Yang membanggakan lagi, perwakilan
UII tersebut berhasil menyisihkan peserta dari perguruan tinggi di Asia dan
Eropa yang rata-rata jenjang S2 dan S3.
Nazula Rukhiana
mengatakan fasilitas atau alat khusus bagi anak berkebutuhan khusus, terutama
yang mengalami gangguan disintergratif
atau childhood disintegrative
disorder (CDD) belum ada. Biasanya untuk
merangsang dan melatih motorik sensorik
hanya dengan terapi. Hal ini
bukan hanya kurang tepat tetapi juga membuat
mereka tidak nyaman.
“Berawal dari ini,
kami kemudian melakukan penelitian alat apa yang pas untuk autis tipe CDD
tersebut,” kata mahasiswa UII angkatan 2015 itu di kampus setempat, Selasa
(21/11/2017).
Nazula menjelaskan,
pada umumnya anak-anak autis yang mengalami gejala CDD ini ada yang sangat
hiperaktif. Tapi ada juga yang mengalami gangguan mental sehingga saraf motorik
mereka terganggu dan membuat mereka kesulitan untuk bergerak. Biasanya anak
autis tipe CDD hanya di tempatkan di kursi roda biasa yang membuat mereka tidak
nyaman.
"Untuk itu,
alat bantu inilah yang kami buat. Selain sebagai penyangga posisi duduk bagi
penderita, alat ini juga kami buat sebagai alat bantu terapi. Didesain layaknya
baby walker, kami inovasikan dengan berbagai permainan yang bisa merangsang
motorik anak," jelasnya.
Nazula menambahkan,
anak autis tipe CDD awalnya normal saja sejak lahir dan tumbuh hingga usia 2
tahun. Namun di tahun ketiga, anak baru akan tampak mengalami kelainan pada
kehidupan sosialnya. Dan fungsi motorik pun mulai hilang. Dengan menggunakan
walker chair buatan mereka, diharapkan bisa dilakukan terapi untuk mengembalikan
fungsi motorik anak.
"Dalam
pengembangan alat ini, kami cukup kesulitan karena di Indonesia sendiri belum
ada kasus autis CDD. Akhirnya saya justru menjalin kontak dengan Prof Andrew G
dari London, Inggris. Melalui beliau, saya pun bisa masuk ke komunitas orang
tua dengan anak autis CDD yang ada di London. Dari sanalah banyak masukan yang
kami dapatkan," paparnya.
Febidhea Ayu
Muflihal menambahkan walker chair buatan
mereka memang serupa tapi tak sama dengan baby walker yang ada dipasaran. Jika
baby walker umumnya diperuntukkan bagi bayi usia 6 bulan hingga 1 tahun, walker
chair buatan mereka justru didesain untuk anak usia 3-5 tahun. Alat tersebut
juga dilengkapi rem, sehingga lebih aman saat digunakan.
"Harapan kami, alat
bantu ini dapat mempermudah orang tua yang mempunyai anak autis tipe CDD, terutama dalam memperhatikan dan mengawasi mereka. Dengan desain yang portable, mudah di lipat dan di bawa kemana-mana ini,
kami harap juga dapat mempermudah penggunaannya," tambahnya. (wpr)
0 Response to "Mahasiswa UII Ciptakan Walker Chair Untuk Anak Autis"
Posting Komentar