sembada.id - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta Universitas Gadjah Mada (UGM)
Yogyakarta mendorong lulusannya memiliki semangat kewirausahaan dan
sosiopreneur.
Permintaan ini bukan tanpa alasan. Selain mengantisipasi perubahan
teknologi yang semakin cepat, juga karena saat ini jumlah wirausahawan
di Indonesia masih cukup rendah. Itu terlihat dari peringkat
kewirausahaan Indonesia yang berada di posisi 90 dari 137 negara di
dunia dan di urutan 16 dari 24 negara Pasifik.
“Saya mengharapkan UGM tidak terjebak pada rutinitas, namun mendorong
lulusannya agar memiliki semangat kewirausahaan dan menciptakan
sosiopreneur,” kata Jokowi dalam kuliah umum Dies Natalies UGM ke-68 di
Auditorium Graha Sabha Pramana (GSP) UGM, DIY, kemarin.
Menurut Jokowi, untuk meningkatkan jumlah wirausahawan muda tersebut,
bukan hanya menjadi tantangan bagi pemerintah, melainkan juga menjadi
tanggung jawab perguruan tinggi. Untuk itu, perguruan tinggi yang
memiliki peran strategis harus mampu menyelenggarakan pendidikan yang
mengedepankan inovasi dan kreativitas, mencetak SDM unggul, serta
melakukan riset teknologi untuk mengatasi berbagai persoalan.
“UGM harus menjadi penggerak pembangunan ekosistem kewirausahaan. UGM
harus menjadi contoh agar tidak terjebak rutinitas. Harus mau melakukan
perubahan radikal untuk menjawab tantangan global. Tantangan ini tidak
ringan, tapi saya yakin UGM pasti bisa,” ujar Presiden.
Presiden mengaku saat ini pemerintah berupaya membangun ekosistem tempat
tumbuhnya kewirausahaan secara nasional. Caranya melalui pembangunan
infrastruktur untuk menunjang logistik, pembuatan regulasi yang efisien
dan efektif, hingga pembuatan skema sumber pembiayaan baru untuk
menumbuhkan dunia usaha.
“Tapi kami butuh dukungan kampus. Perguruan tinggi harus menjadi bagian
ekosistem nasional untuk membangun kewirausahaan,” paparnya. Kepala
Negara juga menekankan agar aktivitas kewirausahaan tidak semata
mengejar keuntungan bagi perusahaan, tapi juga melahirkan manfaat yang
nyata bagi masyarakat luas.
“Di kalangan anak muda telah banyak yang menjadi sosiopreneur, yaitu
memecahkan masalah sosial melalui cara-cara kewirausahaan. Misalnya
memfasilitasiinteraksiantarguru serta antara guru dan murid dengan
membangun aplikasi namanya Ruang Guru,” terangnya.
Presiden berharap perguruan tinggi mampu meningkatkan perannya dan turut
serta membangun ekosistem kewirausahaan dan menyiapkan para
sosiopreneur yang baru. Langkah peningkatan peran tersebut di antaranya
dapat dimulai oleh perguruan tinggi dengan menyediakan fasilitas
pendukung berupa co-working space dan sebagaimana yang biasa ditemui
dalam kantorkantor perusahaan startup yang kini mulai marak.
“Dalam co-working space ini, para mahasiswa dan dosen saling bekerja
sama menciptakan inovasi-inovasi,” jelas Jokowi. Bahkan, mantan gubernur
DKI Jakarta itu menilai bahwa dalam perkembangannya coworking space
tersebut dapat berkembang menjadi kreatif hub, di mana fasilitasnya
bukan hanya sebagai tempat kerja bersama, melainkan juga membantu
berjejaring dengan para inovator lain, mencarikan sumber pembiayaan,
hingga membantu untuk mengembangkan jaringan pemasaran.
Kepala Negara mengakui bahwa hal itu tentu membutuhkan biaya. Namun, dia
menyebut bahwa tidak semuanya dibiayai oleh perguruan tinggi. Pihak
perguruan tinggi dapat menjalin kerja sama dengan perbankan dan
perusahaanperusahaan. “Artinya, perguruan tinggi harus menjadi bagian
dari ekosistem nasional dalam pengembangan kewirausahaan.
Cara kerja perguruan tinggi harus inovatif, pendidikan harus dilakukan
dengan cara-cara baru, yakni dengan inovasi dan kreativitas,” ujarnya.
Presiden Jokowi juga menyadari bahwa bekerja dengan menemukan cara-cara
baru bukanlah sesuatu mudah. Namun, dia menyadari bahwa UGM dan
perguruan tinggi lainnya mampu mengemban tugas besar ini.
Dia berharap UGM mampu menjadi contoh untuk perubahan besar dalam
pendidikan tinggi yang menjawab tantangan IPTEK dan perubahan zaman.
“Selamat ulang tahun ke-68 Universitas Gadjah Mada. Dirgahayu untuk
kemajuan negeri tercinta,” tutupnya.
Rektor UGM Panut Mulyono menegaskan, UGM berkomitmen dalam mengembangkan
karya inovatif guna mendorong kemampuan daya saing bangsa. UGM juga
terus menuntun masyarakat mencari mata air ilmu pengetahuan dan
kebudayaan yang tiada habisnya untuk dikembangkan demi mengatasi
permasalahan dalam dinamika masyarakat, mengantisipasi tantangan, serta
memimpin dan menggerakkan kemajuan peradaban sepanjang zaman.
“Masalahnya, proses hilirisasi produkinovatiftersebuttidakmudah karena
masih menghadapi beberapa kendala, di antaranya hambatan di birokrasi,
belum adanya keberpihakanpemerintah pada produk inovasi buatan lokal,
dan belum optimalnya keterlibatan industri dari tingkat hulu
hinggahilir,” ungkap Panut. (sindonews)