Omzset Sayur Organik Merapi Capai Rp150 Juta Per Bulan


        Karyawan TOM sedang memberikan penjelasan kepada  psiswa  yang sedang melakukan  pemagangan di TOM Balangan, Wukirsari,                              Cangkringan, Sleman, Selasa (20/2/2018)

SEMBADA.ID  - Hamparan daun berwarna hijau, kuning dan merah berbagai jenis sayur  menjadi  pemandangan pertama saat masuk di area  lahan Tani Organik Merapi (TOM) di dusun Balangan, Wukirsari, Cangkringan.  Di beberapa sudut lahan juga terlihat  beberapa orang  sedang  memperhatikan  tanaman dan  ada  juga yang mengukur lahan.  Luas lahan TOM sendiri ada 2 hektare (Ha).

Lahan itu terbagi menjadi empat blok. Blok tersebut tersusun rapi berderet dalam bentuk bedeng dari utara ke selatan.  Di mana masng-masing blok berisi berbagai macam jenis sayur organik. Hanya yang membedakan, ada blok yang baru ditanami sayuran, sedang berkembang dan siap panen, termasuk ada juga blok yang masih berupa lahan yang siap untuk ditanami. 

Hal tersebut karena untuk masa panen tiap sayur tidak bersamaan.  Ada  yang cepat panen namun ada juga yang panennya belakangan.  Keberadaan TOM sendiri,  selain  untuk memberdayakan masyarakat sekitar  dan meningkatkan kesejahteraan,  juga  sebagai upaya melestarikan lingkungan  dari kerusakan, sekaligus memenuhi konsumsi sayuran yang sehat. Sebab dengan sistem organik tidak memakai pupuk kimia melainkan secara alami.

“Ya itulah alasan  adanya TOM ini,” kata manager TOM  Yuli Dyah Sihanti di lokasi, tersebut, Selasa (20/2/2018).

Yuli menjelaskan TOM ini dirintis dua warga sekitar, yaitu  Untung Wijanarko dan  Sugiyarto pada tahun 2008 lalu. Dimana awalnya  TOM  dikembangkan di lahan 1 Ha dan seiring perkembangan zaman terus bertambah dan sekarang menjadi 2 hektarr.  Pertama kali tanaman sayur yang dikembangkan yakni selada. Namun sekarang sudah ada 38 jenis sayuran.  Selain selada sayuran lain, di antaranya sawi, kangkung, brokoli, buncis, wortel dan tomat.

“Hasil dari tanaman ini juga sudah memiliki pasar, yaitu di supermatket besar yang ada di Yogyakarta dan Jawa Tengah,”  paparnya.

Hanya saja karena keterbatasan lahan, TOM belum bisa memasuk semua permintaan dari supermarket tersebut. Sebab baru bisa memenuhi 75%  dari permintaan. Sehingga untuk meningkatkan produksi, sebagai solusinya,  TOM mencari mitra untuk menanam sayuran dengan sistem organik.  Untuk kepentingan itu, TOM memberikan pembinaan dan pelatihan  kepada mereka  sampai mendapatkan sertifikat organik dari instansi yang berwenang.  

Untuk mitra ini bukan hanya dari warga sekitar namun juga  mengandeng petani dari daerah  lain, yakni Kopeng, Magelang, Jawa Tengah, terutama memenuhi sayuran yang hanya bisa tumbuh di daerah dataran tinggi. Dan untuk sayurannya semuanya sudah mendapatkan  sertifikat dari penjamin mutu organik. 

“Untuk produksi rata-rata tiap jenis sayur antara 20-25 kg per hari. Bahkan untu brokoli, wortel dan tomat bisa mencapai 40 kg per hari.  TOM sendiri memilkki 17 karyawan,”  jelasnya.

Menurut Yuli meski budidaya organik ini cukup prospek, namun tetap ada kendala, yaitu jika ada hama yang menyerang tamanan. Sebab untuk membasmi hama tersebut,  juga harus memakai pestisida  organik tidak kimia.  Sehingga untuk pembuatannya bukan hanya membutuhkan waktu yang cukup lama namun juga secara manual.

“Untuk omset sendiri, jika sepi rata-rata Rp100 juta per bulan, jika ramai mencapai Rp150 juta per bulan,”  terangnya. Atas usaha tersebut, TOM dipercaya dinas pertanian DIY,  sebagai tempat rujukan untuk penelitian dan pemaganan, baik bagi pelajar maupun mahasiswa.  Karena itu, selain dikembangkan sebagai agrobisnis, TOM juga dikembangkan menjadi agrowisata Holtikultura.

“Untuk penelitian dan pemaganan ini bukan hanya menerima dari DIY, namun juga luar DIY  bahkan luar Jawa, Terakhir dari Bengkulu dan sekarang ada anak magang dari SMK  Trucuk Klaren,”  tambahnya.

Perintis TOM,  Untung Wijanarko mengungkapkan, selain meningkatkan kesejahteraan petani melalui pertanian organik.  Misi TOM  lainnya  yakni  membantu petani mulai dari membuat jadwal tanam, cara bercocok tanam secara organik, membuat pupuk organik, hingga pemasaran hasil pertaniannya. Hasil dari petani tersebut juga dibeli dengan harga yang lebih tinggi.

“Tiap petani mitra memiliki penghasilan variatif, mulai Rp400 ribu hingga Rp1,5 juta per minggu,” ungkapnya. (wpr)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to " Omzset Sayur Organik Merapi Capai Rp150 Juta Per Bulan"

Posting Komentar