Pasar Lelang Cabai Atasi Permainan Harga Tengkulak
Bupati Sleman Sri
Purnomo menandatangi prasasti cluster bantuan BI di pasar lelang cabai,
Wonolelo, Widodomartani, Ngemplak, Sleman, Kamis (22/2/2018)
SEMBADA.ID –
Para petani cabai di Widodomartani, Ngemplak, Sleman yang tergabung dalam kelompok tani Taruna Bumi sekarang sudah tidak khawatir
lagi dengan harga cabai di pasaran. Kepastian ini setelah mereka memilki pasar
lelang cabai yang ada di Wonolelo, desa setempat. Pasar lelang cabai sendiri dilaksanakan mulai pukul 17.00 WIB-22.00 WIB dan sudah
berlangsung sejak dua tahun lalu. Dalam
sehari rata-rata bisa terkumpul 1,5 ton-2 ton cabai untuk dilelang.
Pasar lelang cabe ini bukan hanya menguntungkan bagi petani namun juga pedagang Petani diuntungkan dengan memperoleh harga lebih tinggi dibandingkan dengan harga pasaran. Pedagang tidak perlu muter-muter ke rumah-rumah petani untuk mengambil cabe. Sehingga menghemat waktu, tenaga dan BBM, cukup dengan ikut lelang.
Keberadaan
pasar lelang cabai itu, Kamis (22/2/2018). diresmikan bupati Sleman Sri Purnomo bersamaan dengan peresmian tiga cluster pertanian
di Sleman bantuan program sosial
Bank Indonesia (BI). Masing-masinh cluster cabai di Widodomartani,
Ngemplak, cluster tanaman hias dan buah di Kampung Flori,
Sleman dan cluster kambing etawa di Ngangring, Girikerto, Turi.
Ketua kelompok tani Taruna Bumi, Widodomartani,
Ngemplak, Sleman Jumar, 58 mengatakan sebelum ada pasar lelang cabai petani
biasanya menjual ke tengkulak. Sehingga harga cabai tergantung dengan yang ada
di pasaran maupun musim panen. Dengan kondisi ini harga tidak menentu, kadang tinggi dan kadang rendah.
“Namun
setelah ada pasar lelang cabai ini, harga sudah tidak tergantung pasar, melainkan petani itu sendiri,” kata Jumar
usai peresmian cluster pertanian tersebut.
Jumar menjelaskan
untuk pasar lelang cabai sendiri sifatnya tertutup. Dimana setelah cabai dari
para petani terkumpul, para pedagang yang akan membeli mengisi harga cabai yang ada di tempat tersebut. Sehingga pedagang satu dengan yang lain tidak mengetahui berapa harga yang
dituliskan. Mereka baru mengetahui setelah lelang ditutup pada pukul 22.00 WIB.
“Harga
tertinggi yang ditulis pedagang, dinyatakan sebagai pemenang. Sehingga pedagang
lain yang akan membeli cabai tersebut harus mengikuti harga lelang itu,”
paparnya.
Menurut
Jumar dengan sistem lelang ini, bukan hanya memutus matai rantai
tengkulak, namun dari sis harga petani
juga diuntungkan sebab harganya lebih tinggi jika dibandingkan harga di
pasaran. Yaitu rata-rata Rp1000-Rp2000/kg.
Hanya saja, untuk sekarang belum bisa menampung banyak petani
cabai. Sehingga untuk sementara baru melayani petani cabai yang ada
di Sleman timur, meski begitu untuk petani lain yang ingin menjual cabainya di tempat
tersebut tetap dipersilakan.
Bupati Sleman Sri Purnomo mengatakan penjualan dengan
sistem lelang merupakan wujud kemitraan petani dengan para pedagang cabai,
dengan sistem ini pedagang diuntungkan karena bisa mendapat cabai dengan
kwalitas baik dalam jumlah banyak di satu lokasi. Sedangkan petani mendapatkan
harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan menjual perorangan.
“Untuk itu saya berpesan agar petani cabe di
Sleman untuk kompak menjual hasil panennya melalui sistem lelang ini,” harapnya
0 Response to "Pasar Lelang Cabai Atasi Permainan Harga Tengkulak "
Posting Komentar