42  ASN  Sleman Naik  Pangkat  Pembina

42 ASN Sleman Naik Pangkat Pembina




Bupati Sleman Sri Purnomo menyerahkan SK kenaikan pangkat kepada penerima di aula  Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan (BKPP) Kabupaten Sleman, Senin (30/4/2018).

SEMBADA.ID -Sebanyak 42  aparatur sipil negara (ASN) golongan IV di lingkungan pemkab Sleman menerima kenaikan pangkat lebih tinggi. Yaitu dari penata muda menjadi pembina. Bupati Sleman Sri Purnomo menyerahkan langsung surat keputusan (SK) kepada para penerima di aula Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan (BKPP) Kabupaten Sleman, Senin (30/4/2018).




Bupati Sleman Sri Purnomo mengatakan para ASN yang menerima kenaikan pangkat diminta tidak berpuas diri, melainkan sebaliknya harus terus meningkatkan kinerjanya serta berinovasi dan berkreasi, terutama dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Apalagi menjadi pembina harus menjadi contoh bagi ASN lain.

"Pangkat pembina ini merupakan cermin perjalanan anda menjadi ASN. Sehingga, kalian harus bisa memperkaya khazanah kemampuan, baik cara berpikir dan bertindak atau berbuat," kata Sri Purnomo dalam sambutannya.

Untuk itu, ASN  harus dapat memanfaatkan kenaikan pangkat sebagai langkah meniti karir yang lebih tinggi di masa-masa yang akan datang dan sebagai motivasi dalam memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. Sehingga dapat menjadi panutan bagi pegawai dalam hal bagaimana menghadapi sebuah kondisi dengan tetap berpedoman dengan peraturan dan perundang undangan ketika berada pada pangkat pembina.

"Termasuk kepada semua ASN di Sleman juga harus dapat terus memupuk dan  mengembangkan kapasitas pribadinya dan berani memberikan inovasi baru dalam pembangunan, tidak hanya terjebak dalam rutinitas kerja sehari-hari serta memberikan pelayanan publik kepada masyarakat secara terbuka, transparan, amanah dan professional," tandasnya.

Kepala BKPP Sleman Suyono menjelaskan 42 ASN yang menerima SK kenaikan pangkat itu meliputi kenaikan pangkat struktural 26 orang dan fungsional orang. Berdasarkan golongan meliputi golongan IV/A dan IV/ B  37 orang, golongan IV/C ada 4 orang, serta golongan IV/d 1  orang.(sbd)

Read More
 Wukirsari  Wakil  Sleman  Lomba  Desa  Tingkat DIY 2018

Wukirsari Wakil Sleman Lomba Desa Tingkat DIY 2018



Tim evaluasi lomba desa DIY melakukan penilaian di desa Wukirsari, Cangkringan, Sleman, di kantor desa setempat, Senin (30/4/2018)

SEMBADA.ID – Desa Wukirsari,  Cangkringan mewakili Sleman maju lomba desa tingkat DIY 2018.  Ini lantaran, Wukirsari dinilai berhasil  dalam  melaksanakan  program kerja,  terutama soal adminsitasi  dan inovasi pembangunan, baik yang menyangkut fisik maupun produk unggulan di desa tersebut. Untuk kepentingan ini,   Tim Evaluasi Pemda  DIY melakukan penilaian di Wukirsari,  Senin (30/4/2018).

Tim Evaluasi yang dipimpin  Jarot Budiharjo, selain menilai laporan administrasi penyelenggaraan pemerintah baik desa maupun dusun di Wukirsari, juga melihat  langsung inovasi dan produk unggulan serta  dusun  yang menjadi sampel dalam lomba ini.



Wakil Bupati Sleman, Sri Muslimatun mengatakan evaluasi perkembangan desa atau perlombaan desa tersebut merupakan salah satu strategi dan upaya untuk mengoptimalkan pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan desa.

“Evaluasi ini merupakan momentum yang sangat tepat untuk kembali mengajak masyarakat ikut berpartisipasi dalam memangun desanya,” kata Muslimatun  di sela-sela penilaian lomba di balai desa Wukirsari tersebut.

Terlepas dari itu, yang lebih penting lagi, kegiatan masyarakat dalam membangun dan mengembangkan desa, harus terus ditingkatkan, bukan hanya pada saat mengikuti lomba, setelah itu tidak ada aktivitas lagi,  namun harus berkesimanbungan.


Ketua Tim Evaluasi Pemerintah DIY, Jarot Budiharjo mengatakan pelaksanaa perlombaan desa dan keluharan tingat DIY 2018 harus diselaraskan dengan prinsip otonomi daerah. Dimana pendekatan atau model pembangunan partisipatif dan keterlibatan serta masyarakat merupakan model yang diterapkan dan yang paling relevan dengan situasi dan kondisi masyarakat indonesia saat ini baik di kota maupun di desa.

“Masyarakat diharapkan lebih siap dan mampu membangun dirinya menuju tatanan masyarakat yang maju, sejahtera dan mandiri,” jelasnya.

Untuk itu, melalui  lomba desa ini harus mampu membangun kembali dan meletakkan nilai-nilai dasar budaya serta merubah cara hidup dan etos kerja masyarakat dengan dilandasi semangat kebersamaan sehingga mampu mendukung pemberdayaan masyarakat dan berhasil membangun desa. Termasuk mampu menciptakan kekuatan swadaya dan gotong royong masyarakat, sehingga mampu memberikan kontribusi untuk perubahan di tingkat desa nuju kondisi yang semakin baik. (sbd)

Read More
Buruh DIY Tuntut Perumahan  Murah dan UMS

Buruh DIY Tuntut Perumahan Murah dan UMS


       
Wakil ketua  KSPSI  DIY  Kirnadi  (kanan) memberikan  keterangan  soal  tuntutan buruh dan rencana aksi May Day 2018 di sekretariat  KSPSI DIY Jalan Anggajaya, Condongcatur, Depok, Sleman, DIY, Minggu (29/4/2018)


SEMBADA.ID -  Para buruh dan pekerja DIY yang tergabung dalam  konfenderasi  serikat  pekerja seluruh Indonesia (KSPSI) DIY menuntut pemerintah setempat menyediakan perumahan murah dan upah minimum sektoral (UMS) bagi mereka. Tuntutan ini bukan tanpa alasan. Selain rata-rata para buruh belum memiliki rumah juga lantaran upah yang mereka dapatkan juga rendah.  Padahal harga tanah maupun  rumah di DIY sangat mahal, sehingga dengan upah yang mereka terima tidak memungkinkan  untuk membeli rumah tersebut.   

“Itulah  tuntutan  yang  akan  kami  sampaikan saat May Day, 1 Mei nanti,” kata wakil ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD)  Konfenderasi  Serikat  Pekerja  Seluruh Indonesia (KSPSI) DIY Kirnadi soal rencana May Day di sekretariat DPD KSPSI  DIY Jalan Anggajaya, Condongcatur, Depok, Sleman, DIY, Minggu (29/4/2018).

Kirnadi menjelaskan adanya perumahan murah bagi buruh ini penting,  sebab  tanpa adamya penyediaan  rumah murah  atau  yang terjangkau  jelas  para  buruh  tidak bisa  memenuhi kebutuhan papan.  Ini lantaran dengan upah  buruh  di bawah Rp2 juta hanya memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, itupun  pas-pasan.

“Karena itu, selain rumah murah, kami juga menuntut upah minumun sektoral (UMS),”  paparnya.

Menurut Kirnadi, alasan lain tuntutan adanya UMS ini, karena di DIY ada beberapa sektor pekerjaan yang mestinya tidak dipukul rata dengan upah minumun  kabupaten kota (UMK)  maupun upah minimun propinsi (UMP). Sebab  sektor-sektor itu memang dari produktivitas dan penghasilan berbeda dengan UMK. Sehingga dengan fakta-fakta tersebut, UMS lebih besar antara 5-10%  dibandingkan dengan UMK.

“Secara umum di DIY ini ada lima sektor yang bisa masuk UMS, yaitu sektor sandang, kulit, hotel dan restoran, rokok dan manufaktor. Hanya saja, pembuat kebijakan dalam hal ini Pemda DIY belum ada niatan untuk menerapkan UMS ini. Untuk itu, terus  akan  memperjuangkan  adanya  regulasi UMS dan  perumahan murah bagi buruh,”  tandasnya.


Perwakilan DPC KSPSI Bantul Patra Jatmika adanya upah yang rendah  di DIY juga berkorelasi dengan tingkat ketimpagan antara warga kaya dan miskin.  Dimana angka rasio gininya 0,432, indek ini paling tinggi di Indonesia, termasuk untuk warga miskin mencapai 13,02% dari jumlah penduduk DIY 48 ribu jiwa.  Tingkat kemiskinan ini juga cukup tinggi dibandingkan dengan prosentase pendudukan miskin  nasional 10.96%.


“Ini menunjukkan pemda DIY telah gagal dalam mewujudkan hak konstitusional dan hak buruh di DIY, yaitu mendapatkan pekerjaaan dan penghidupan yang layak,”  tambahnya.


Untuk itu,  selain  menuntut adanya UMS dan perumahan murah,  juga meminta agar ada  sultan ground dan paku alaman ground (SG dan PAG) yang dapat dikelola oleh para buruh, sebagai tambahan pendapatan mereka. Dengan begitu, tentunya mendorong peningkatan kesejahteraan warga DIY.  Sehingga terus akan mengingatkan kepada pemda DIY agar dalam membuat kebijakan selalu berpihak kepada masyarakat bukan sebaliknya.

“Hasil survei layak hidup di DIY pada tahun 2017,  harusnya upah buruh di atas Rp2 juta.  Dimana untuk Sleman dan Yogyakarta Rp2,9 juta, Bantul Rp2,7 juta, Kulonprogo Rp2,5 juta dan Gunungkidul Rp2,3 juta. Tetapi kenyataannya dengan alasan pengusaha tidak sanggup untuk memenuhi tuntutan itu, rata-rata upah di DIY di bawah Rp2 juta.”  Ungkapnya.
  
May Day di DIY sendiri,selain akan diisi dengan orasi dan tuntutan peningkatan kesejahteraan, juga dengan aksi sosial, yaitu dengan menyelenggarakan donor darah di kantor pekerja masing-masing.  Untuk aksi sendiri nantinya akan diikuti 700 massa, dimulai dari pawai dari perempatan tugu menuju Abubakar Ali dilanjutkan dengan long march menuju pagelaran kraton, Yogyakarta.  Namun sebelumnya di titik nol akan ada aksi orasi dan menyampaian tuntuntan dari para peserta, termasuk ada aksi teatrikal. (prista)
Read More
Kampung Flory  Resmi Jadi Wisata  Agro

Kampung Flory Resmi Jadi Wisata Agro






Sri Sultan HB X menandatangi prasasti peresmian kampung flory, Jugang, Pangkukan, Tridadi, Sleman menjadi desa wisata agro, Minggu (29/4/2018)


SEMBADA.ID  – Kampung Flory di Jugang, Pangukan, Tridadi, Sleman resmi menjadi desa wisata. Kepastian ini setelah  gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengkubuwono  (HB) X  meresmikan kampung Flory tersebut, Minggu (29/4/2018).  

Gubernur DIY Sri Sultan HB X mengatakan menyambut baik dengan adanya desa wisata agro ini.  Selain untuk mendukung perkembangan wisata di  Sleman dan DIY,  yang lebih penting lagi, dapat menjadi motovasi bagi generasi muda untuk bertani. 

Kampunng Flory ini diharapkan tidak hanya memberikan lapangan kerja bagi anak-anak muda, namun juga menumbuhkan untuk membangun desa, melalu pertanian” kata Sri Sultan HB X saat pembukaan kampung Flory sebagai desa wisata tersebut.

Untuk itu,  harus ada dukungan dari pemkab Sleman, terutama bagaimana agar desa wisata yang ada bisa mendiri,  di antaranya bagaimana potensi yang ada di daerah tersebut dapat tumbuh dan berkembang.  Sehingga nantinya mampu menarik investasi untuk membesarkan program yang suda ada di tempat itu.

“Hal yang lebih penting lagi,  untuk sementara tidak dulu ada retribusi,” tandas Sultan.

Bupati Sleman Sri Purnomo mengatakan pariwisata merupakan produk unggulan Sleman, terutama dalam menunjang perekonomian.  Termasuk menjadi langkah startegis dalam mengurangi pengangguran. Sebab dengan  dibukanya desa wisata tersebut selain membuka peluang usaha juga akan  menyerap tenaga kerja.

“Untuk jumlah kunjungan wisatawan ini kami targetkan pada tahun 2018 tembus 8 juta atau meningkat dibandingka tahun 2017 lalu, yaitu 7,2 juta,”  paparnya.
  
Pembina Kampung  Flory Sudihartono menjelaskan  selain menawarkan wisata edukasi agro,  juga dikembangkan kuliner dengan menu yang berasal dari pengembangan agro di kampung flory, termasuk jajan tradisional tempo dulu yang sudah jarang ditemui di zaman now.  Selain itu juga ada outbond.(sbd)

Read More
Tirtoadi  Dikukuhkan  Jadi  Kampung  Siaga Bencana

Tirtoadi Dikukuhkan Jadi Kampung Siaga Bencana





Warga Tirtoadi melakukan gladi lapangan penanggulangan bencana di desa setempat saat pengukuhan Tirtoadi sebagai kampung siaga bencana di lapangan desa Tirtoadi, Minggu (29/4/2018)

SEMBADA.ID –  Desa Tirtoadi, Mlati menggelar simulai penanggulanan bencana angin puting beliung dan gempa bumi di lapangan desa setempat, selama tiga hari, yaitu mulai Jumat-Minggu (27-29/4/2018).  Selain untuk memberikan pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang bahaya serta
penanggulangan bencana, kegiatan ini sekaligus menandai dikukuhkannya Tirtoadi sebagai kampung siaga bencana (KSB).

Sleman sendiri telah merintis KSB, sejak tahun 2011 lalu dan  hingga awal 2018 jumlahnya sudah 11 KSB.

Wakil bupati Sleman Sri Mislimatun mengatakan karena Sleman rawan terhadap bencana sehingga kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana sangat dibutuhkan.  Untuk itu, pembentukan dan pembinaan KSB mutlak diperlukan.

”Masyarakat merupakan penerima dampak langsung dari bencana dan sekaligus sebagai pelaku pertama dan yang akan merespon bencana di sekitarnya. Maka masyarakat perlu dibekali dalam konteks pemberdayaan agar tidak hanya siap menghadapi bencana tapi juga tangguh menanggulanginya,” tandasnya.

Selain itu KSB juga merupakan metode pendekatan penanggulangan bencana berbasis masyarakat untuk mengubah pola pikir dan pola tindak sehingga mampu mengelola kerentanan ancaman dan resiko di wilayahnya sesuai potensi lokal melalui proses perencanaan, pengorganisasian,
penyelenggaraan dan pengendalian.

 ”Selain mengembangkan kampung siaga bencana, saya berharap agar berbagai pemangku kepentingan turut serta menguatkan kapasitas lokal karena penanggulangan bencana harus dilakukan sinergis antara masyarakat, pemerintah dan swasta,” paparnya.

Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Sleman, Sri Murni Rahayu  menjelaskan bahwa pengurangan risiko bencana dapat dilakukan dengan kesiap-siagaan masyarakat dalam menganggulangi bencana itu sendiri. Hal tersebut menurutnya dapat dilakukan dengan pelatihan siaga bencana berbasis masyarakat, yaitu dengan memanfaatkan Sumber Daya Manusia dan Sumber Daya Alam yang ada di daerah tersebut.

Read More
Temu Hati Anak Sleman Sarana Kembangkan Potensi Anak

Temu Hati Anak Sleman Sarana Kembangkan Potensi Anak


Bupati Sleman Sri Purnomo saat membuka temu hati anak Sleman ke 8 di Java Village Resort, Pandowoharjo, Sleman, Sabtu (28/4/2018)

SEMBADA.ID – Pemkab Sleman tahun ini kembali menggelar temu hati anak Sleman di di Java Village Resort, Pandowoharjo, Sleman, Sabtu (28/4/2018). Bupati Sleman Sri Purnomo membuka langsung kegiatan tersebut. Kegiatan yang diadakan rutin setiap tahun, sejak 2010 tersebut, selain untuk  sebagai implematasi kabupaten layak anak (KLA)  sekaligus sarana  mengembangkan potensi anak di Sleman. Temu Hati Anak Sleman sendiri akan berlangsung selama dua hari, yaitu Sabtu-Minggu (28-29/4/2018).

Bupati Sleman, Sri Purnomo mengatakan selain sebagai bentuk komitmen Sleman terhadap pembangunan  kesejahteraan dan perlindungan anak, acara ini sekaligus memberikan wahana anak-anak di Sleman dalam menunjukkan kreativitas  mereka, termasuk pembelajaran dalam pembentukan kepemimpinanan (character building).

“Karena itu para peserta harus  memanfaatkan kegiatan ini untuk mengembangkan potensi diri, berlatih dan mencari pengalaman sebagai pemimpin sesuai dengan bakat, minat dan keahlian masing-masing,” kata Sri Purnomo dalam sambutannya.

Sleman sendiri, terus berupaya untuk memberikan perlindungan dan memenuhi hak-hak anak. Di antaranya dengan mewujudkan kabupatan layak anak (KLA).  Kebijakan KLA ini merupakan pendekatan yang komprehensif dan holistik, didalam memenuhi hak anak secara mendasar, yaitu hak untuk hidup, tumbuh dan berkembang, hak untuk berpartisipasi dan dilindungi.

“Untuk KLA ini Sleman sudah mencapai tingkat Madya. Sehingga terus akan meningkatkan capaian, yaitu kategori tingkat utama,” paparnya.

  
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (P3AP2KB) Sleman Mafilindati Nuraini menambahkan untuk  pemenuhan hak anak  tersebut di antaranya dengan mengembangkan  Klaster Hak Sipil  dan Kebebasan, Lingkungan Keluarga dan Pengasuhan Alternatif, Kesehatan Dasar dan Kesejahteraan, Pendidikan, pemanfaatan waktu luang dan kegiatan seni budaya, serta Perlindungan Khusus.

“Pemenuhan Hak Sipil dan Kebebasan, diantaranya dilaksanakan dengan pemenuhan hak partisipasi anak melalui pembinaan Forum Anak Sleman,” tambah mantan  kepala dinas kesehatan (Dinkes) Sleman tersebut.(sbd)

Read More
Family  Gathering Korpri Sleman Sarana Kenalkan Desa Wisata

Family Gathering Korpri Sleman Sarana Kenalkan Desa Wisata


Anggota korpri Sleman melihat produk kerajinan warga Moyudan saat kegiatan family gathering korpri Sleman 2018 di desa Wisata Gamplong, Sumberrahayu, Moyudan, Sabtu (28/4/2018).

SEMBADA.ID - Korps Pegawai Repoublik Indonesia (KORPRI) Sleman menggelar Family Gathering 2018 di desa Wisata Gamplong, Sumberrahayu, Moyudan, Sabtu (28/4/2018). Selain sebagai sarana untuk merekatkan jalinan silaturahmi antar apatatur sipil negara (ASN) di lingkungan pemkab Sleman juga untuk mengenalkan desa wisata yang ada di Sleman.

“Inilah salah satu tujuan kegitan ini,” kata Sekda Sleman Sumadi soal acara tersebut.

Menurut Sumadi dengan langkah tersebut, selain ASN Sleman dapat , hal yang lebih penting lagi dengan kondisi yang fresh akan meningkatkan kinerja, baik dalam melaksanakan tugas administrasi maupun melayani masyarakat.  Termasuk setelah pulang dari tempat ini dapat mempromosikan kepada masyarakat luas

“Karena itu, dalam family gathering ini dikemas dalam bentuk kegiatan yang menyenangkan, untuk lokasinya juga di desa wisata yang ada di Sleman,” ungkapnya.


Kepala UPT Sekretariat Dewan Pengurus Korpri Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan (BKPP) Sleman Rahmat Mustajab menambahkan selain dengan senam dan jalan sehat susur desa melihat potensi dan proses produksi secara langsung di daerah tersebut. Juga mengadakan korpri peduli. Di antaranya, pemeriksaan kesehatan gratis, pasar murah dan menyediakan stand gratis bagi masyarakat setempat untuk memasarkan produksinya. (sbd)


Read More
RSKIA Sakina Idaman Jad RSU

RSKIA Sakina Idaman Jad RSU



Bupati Sleman Sri Purnomo secara simbolis memotong untaian bunga saat meresmikan RSKIA Sakina Idaman di jalan Nyi Condrolukito, Blunyah  Gede  60, Sinduadi, Mlati, Sleman menjadi RSU, Jumat (27/4/2018) malam.


SEMBADA.ID – Jumlah rumah sakit umum (RSU) di Sleman dipastikan bertambah. Kepastian ini setelah bupati Sleman  Sri Purnomo meresmikan  rumah sakit khusus ibu dan anak (RSKIA) Sakina Idaman di jalan Nyi Condrolukito, Blunyah  Gede  60, Sinduadi, Mlati, Sleman menjadi RSU, Jumat (27/4/2018) malam.

Persemian di tandai dengan peresmian  secara simbolik gedung medik sentra RSI Sakina Idaman dengan pemotongan untaian bunga dan peninjaun gedung, yang terdiri dari unit ruang operasi, ruang ICU, ruiang NICU dan raing seterisasi sentral.

Bupati Sleman Sri Purnomo  mengatakan  penambahan  RSU ini sejalan dengan vis dan misi Sleman, yaitu dalam hal pembangunan pelayanan kesehatan.  Dengan begitu, RSU Sakina Idaman diharapan dapat mendukung  Pemkab Sleman  dalam memaksimalkan pelayanan kesehatan, khususnya di wilayah Sleman dan umumnya DIY sekitarnya.

“Mudahmudahan degan bertambahnya rumah sakit umum di  Sleman ini akan menjadi semakin baik di dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dibidang kesehatan,”  kata  Sri Purnomo dalam sambutan peresmian RSKIA Sakina Idaman menjadi RSU.

Sri  Purnomo menjelaskan  guna meningkatkan derajat kesehatan bagi warga Sleman,  di antaranya dengan memberikan pelayanan yang prima,  baik sumber daya manusia (SDM) medis maupun tempat pelayanan medis, dalam hal ini rumah sakit . 

Untuk SDM selain kompeten dan profesional dalam memberikan pelayanan  juga  harus ramah. Untuk tempat pelayanan medis,  selain didukung dengan sarana penunjang yang memadai juga  representatif.

“Karena itu, kami terus berusaha membenahi layanan rumah sakit tersebut, ”  terangnya.

 Sleman sendiri, untuk layanan rumah sakit ini, memiliki 2 rumah sakit umum daerah (RSUD), yaitu RSUD Sleman yang ada di Jalan Magelang, Murangan, Sleman dan RSUD Prambanan yang ada di Jalan Prambanan-Piyungan, Madurejo, Prambanan.  Dimana dua rumah sakit tersebut dari segi fasilitas dan SDM terus dibenahi. 

“Dengan begitu diharapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan  yang maksimal, baik bagi warga  Sleman maupun warga  luar Sleman terutama  yang ada di perbatasan,”  harap  bupati  Sleman dua periode itu.(sbd)

Read More
Cangkringan Gelar Tradisi Songsong Kapenewon

Cangkringan Gelar Tradisi Songsong Kapenewon



Bupati Sleman Sri Purnomo menjadi inspektur upacara saat peringatan tradisi songsong kapenewon Cangkringan, di halaman kecamatan setempat, Jumat (27/4/2018) sore. Foto sembada.id/hafid

SEMBADA.ID- Kecamatan Cangkringan Sleman menggelar tradisi songsong kepanewon di halaman kecamatan setempat, Kamis (27/4/2018) sore.  Kegiatan ini,  dalam rangka memperingati kepindahan kantor kecamatan Cangkringan dari tempat lama yang ada di  Bronggan ke tempat  kantor kecamatan baru di Jalan Pakem Turi  sekitar 500 meter utara dari kantor  kecamatan lama. 

Kantor kecamatan pindah, karena mengalami kerusakan yang cukup parah dampak dari erupsi Merapi 2010 lalu.  Maka dibangunlah kantor  baru dengan lokasi yang baru juga  dan mulai ditempati, pada tanggal 27 April 2013 lalu.   Karena itu tiap tanggal 27 April selalu diperingati dengan tradisi songsong kepanewon. Sehingga tahun ini merupakan yang ke 5.

Songsong kepanewon Cangkringan sendiri, diawali dengan dengan kirab dari berbagai bregodo antara lain bregodo perangkat desa, bregodo sekolah, dari halaman kecamatan Cangkringan menuju lapangan yang berada di depan kecamatan cangkringan. kemudian dilanjutkan dengan upacara di lapangan tersebut.   Bupati Sleman Sri Purnomo bertindak sebagai inspektur upacara.

Bupati Sleman, Sri Purnomo  mengapresiasi tradisi tersebut.  Selain sebagai sarana memetri dan melestarikan budaya, acara ini juga dapat menumbuhkan keguyub-rukunan di tengah masyarakat. Terlebih dalam rangkaian kegiatan boyong songsong kepanewon juga dilakukan berbagai kegiatan dan lomba yang berkaitan dengan seni dan budaya jawa.

“Hal tersebut menunjukkan bahwa aparat kecamatan Cangkringan sangat peduli dengan kebudayaan jawa yang adiluhung,” kata Sri Purnomo dalam sambutannya.

Selain itu tradisi ini juga wujud kepedulian masyarakat Cangkringan dalam melestarikan budaya Jawa. Yang adiluhung, sebab budaya jawa banyak mengandung  pendidikan luhur. Sehingga perlu dilestarikan oleh semua pihak termasuk generasi muda.  

“Karena itu dengan nguri-uri budaya Jawa, juga tidak mudah dimasuki oleh budaya manca,” paparnya.

Camat Cangkringan Mustadi mengatakan acara tersebut diadakan rutin setiap tahun, yakni setiap tanggal 27 April. Acara diikuti oleh seluruh perangkat di Kecamatan Cangkringan dan berbagai elemen masyarakat.

“Selain tradisi songsong kepanewon,  juga diadakan berbagai lomba busana Jawa, mocopat dan pentas wayang kulit, yang akan diadakan Sabtu (28/4/2018) malam di lapangan kecamatan,”  terang mantan sekcam Berbah itu. (fid)

Read More
Dosen UGM Kembangkan VCO Tanpa Lemak

Dosen UGM Kembangkan VCO Tanpa Lemak



Dosen FMIPA UGM  Ani Setyopratiwi. Foto Dok Humas UGM

SEMBADA.ID - Dosen FMIPA UGM  Ani Setyopratiwi berhasil mengembangkan metode spontan atau tanpa melalui pemanasan dan bahan tambhan dalam membuat ekstra  VCO atau minyak kelapa murni yang kaya protein, tanpa kandungan asam lemak bebas (free faty acid).  Sehingga dapat mencuci pembuluh darah yang terkena lemak. Selain itu, dengan metode ini, saat diproses menjadi ekstra VCO  kandungan vitamin E dalam kelapa juga tetap utuh. 

Keberhasilan Ani  dalam membuat ekstra VCO ini tidak lepas dari penelitian yang dilakukan sejak 28 tahun lalu. Yaitu saat diterima menjadi dosen FMIPA UGM, 1989 lalu, tengah marak penelitian pembuatan minyak kelapa tanpa pemanasan sehingga dia pun terjun dalam riset tersebut dan menekuninya hingga kini. 

“Ada banyak metode pembuatan minyak kelapa tanpa pemanasan yang dilakukan di UGM. Berbagai metode ini menghasilkan VCO yang tidak sama pula,” jelas Ani, di Fortagama, UGM, Jumat (27/4/2018) 

Pada tahun 2006 sempat booming VCO, tetapi kebanyakan olahan para pengusaha mengeluarkan aroma tengik. Sementara dengan metode yang dikembangkannya mampu menghasilkan VCO yang tidak tengik. 
Ani menyampaikan kunci keberhasilan dalam pembuatan VCO ditentukan oleh dua hal. Pertama, bahan baku (kelapa) harus cukup tua, kering, tetapi masih dalam kondisi segar atau kering di pohon. Kedua, terletak pada metode pemisahan minyak dari santan.

"VCO di Indonesia tidak sama karena metode yang dipakai berbeda-beda. Ada yang menggunakan metode pancingan, pengasaman, penggaraman, elektoforesis, fermentasi, enzimatik dan lainnya,"jelasnya.
Setelah melalui proses penelitian yang cukup panjang sejak, Ani akhirnya berhasil menemukan metode pembuatan ekstra VCO secara spontan di tahun 2004. 

Pembuatan ekstra VCO dengan metode spontan cukup sederhana. Awalnya, kelapa diparut lalu dibuat santan. Berikutnya, santan yang diperoleh didiamkan selama 4-5 jam hingga minyak kelapa pecah.

“Dari 1 butir kelapa Jawa bisa didapatkan ekstra VCO maksimal 125 ml, sementara dengan kelapa Sulawesi bisa sampai 200 ml,” ujar Ketua HIPPI (Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia) ini.

Ketekunan Ani dalam meneliti minyak kelapa tidak hanya menghasilkan ekstrak VCO yang berkualitas. Saat ini, dia juga mengembangkan produk olahan minyak kelapa dengan brand Heltico. Setidaknya ada 25 jenis produk kosmetik dan kesehatan yang dihasilkan, seperti minyak telon, baby lotion, penyubur rambut, krim pagi-malam, vitamin bibir dan lainnya yang sebentar lagi akan menembus pasar internasional. (humas UGM)

Read More
Warga Magelang Tolak Penambangan Pasir di Sungai Pabelan

Warga Magelang Tolak Penambangan Pasir di Sungai Pabelan



Warga kecamatan Dukun,  Sawangan dan Muntilan Magelang mendatangi kantor Balai Besar Wilayah Sungai Serayu-Opak (BBWSSO) di Jalan Yogya-Solo km 6 Carurtunggal, Depok Sleman, menolak aktivitas penambangan pasir di sungai Pabelan yang melintas di daerah mereka,  Kamis (26/4/2018)

SEMBADA.ID -Warga Magelang yang ada di kecamatan Dukun,  Sawangan dan Muntilan Magelang mendatangi kantor Balai Besar Wilayah Sungai Serayu-Opak (BBWSSO) di Jalan Yogya-Solo km 6 Carurtunggal, Depok,  Sleman menolak aktivitas penambangan pasir di sungai Pabelan yang melintas di daerah mereka,  Kamis (26/4/2018).

Sebab dengan adanya aktivitas tersebut berdampak pada keberadaan mata air, yaitu menjadi kering. Akibatnya kebutuhan air bersih warga menjadi terganggu. Sehingga mereka meminta izin penambangan pasir di tempat ini ditinjau ulang atau dicabut.

Izin penambangan sendiri dikeluarkan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Jawa Tengah. Surat izin penambangan bernomor 543.32/2338 Tahun 2017 ditandatangani Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Jawa Tengah. Luasan lahan penambangan sekitar 10 hektar dalam jangka waktu tiga tahun dengan nilai investasi Rp4.395.505.000.

Warga  Klatak, Banyudono, Dukun, Magelang Muchni, 74 mengatakan indikasi mata air menjadi kering,  dapat diketahui saat membuat sumur.  Dimana sebelum ada penambangan bisa mendapatkan air bersih dengan kedalaman 12 meter, kini harus digali lebih dalam hingga 40 meter. Karena itu warga khawatir akan kondisi ini.  Terutama dampak jangka panjangnya.  Sebabl air bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup namun juga untuk pertanian.

"Jika ini tidak segera ada solusi,  tentu bisa mematikan mata air. Termasuk rusaknya infrastruktur jalan, sebab banyak dilalui kendaraan alat berat," jelasnya.

Alasan penolakan lainnya, karena  tidak pernah diajak musyawarah untuk sosialisasi izin pertambangan. Meskipun sempat diundang untuk menghadiri pertemuan tetapi seperti didikte untuk menyetujui aktivitas penambangan tersebut

Camat Dukun Bambang Hermanto mengaku tidak mengetahui sejauh mana sosialisasi yang dilakukan penambang. Selain itu wewenang terkait perizinan alat berat juga bukan di pihaknya.

"Kabarnya berizin tapi hitam di atas putih (kami) nggak tahu, meski begitu masyarakat tetap berhak menolaknya," ungkap Bambang yang ikut mengawal warganya ke BBWSSO.

Kasi Operasional dan Pemeliharaan BBWSSO, Rusdiyansyah mengatakan memang di daerah itu ada aktivitas,  namun bukan penambangan melainkan pemeliharaan sungai. Tercatat ada lima kegiatan pemeliharaan sungai tapi hanya satu yang beroperasi lainnya belum termasuk masa berlakunya juga akan habis satu bulan lagi. Karena itu pihaknya menerima permohonan masyarakat di lokasi tersebut tidak akan diterbitkan rekomendasi teknis terkait pemeliharaan sungai.

"Memang ada satu izin penambangan regular atas nama Suprianto. Untuk itu warga dapat mengajukan penolak penambangan dengan alat berat dan ke gubernur Jawa Tengah," paparnya.

Menanggapi menurunya debit air di wilayah tersebut menurutnya perlu kajian yang lebih mendalam lagi.(sindonews)

Read More
Hadapi Bencana Sleman Bentuk Destana

Hadapi Bencana Sleman Bentuk Destana




Wakil Bupati Sleman Sri Muslimatun mengukuhkan pengurus desa tangguh bencana (Destana) Maguwoharjo, Depok, di Lapangan Kradenan,  desa setempat, Kamis (26/4/18).foto sembada.id/rizal


SEMBADA.ID –Wakil bupati Sleman Sri Muslimatun mengatakan kondisi Sleman yang rawan bencana  bukan hanya membutuhkan masyarakat yang tangguh namun juga siap menghadap bencana.

Untuk itu pembinaan dan pembentukan desa tangguh bencana (Destana)  harus terus ditingkatkan. Sehingga masyarakat  tidak hanya mampu mengantisipasi dan meminimalisir korban bencana tetapi juga mampu mengelola dan menjaga struktur dan fungsi dasar saat terjadi bencana.
“Selain itu jika terkena dampak bencana, mereka  juga dapat membangun kehidupannya menjadi normal kembali atau paling tidak dengan cepat memulihkan diri secara mandiri,” kata  Sri Muslimatun saat mengukuhkan pengurus desa tangguh bencana (Destana) Maguwoharjo, Depok, di Lapangan Kradenan,  desa setempat, Kamis (26/4/18).

Untuk itu, pemkab Sleman terus akan mendukung pembentukan Destana ini. Selain itu, juga melakukan mitigasi bencana sejak dini, termasuk  pembinaan dan pelatihan cara penanggulangan bencana serta menggalakkan sekolah siaga bencana yang tersebar dibeberapa wilayah yang memiliki potensi bencana.

“Tercatat  sejak tahun 2014 sampai 2018 telah mengukuhkan 41 Destana,” paparnya.
Menurut Muslimatun  Pemkab Sleman juga telah menyusun Rencana Manajemen Pengelolaan Lingkungan (RMPL) serta melakukan pemetaan potensi kerawanan bencana, dengan pemasangan early warning system (EWS) di 13 lokasi yang dianggap rawan terdampak erupsi Merapi. 
“Kami juga telah melakukan berbagai langkah untuk pemulihan ekonomi masyarakat pasca rehab rekon,” jelasnya

Kepala BPBD Sleman, Joko Supriyanto menambahkan pembentukan Destana merupakan penguatan kelembagaan masyarakat dalam pengurangan resiko bencana dan sebagai wujud kesiapsiagaan warga desa dalam menghadapi ancaman bencana.

“Agar bisa terwujud  masyarakat yang tanggap, tangkas dan tangguh dalam menghadapi bencana, berusaha mengimplementasikan dengan mensinergikan berbagai elemen yaitu pemerintah, masyarakat dan pengusaha,” tambahnya. (zal)

Read More
 Tingkatkan Minat Baca,  Sleman Gelar  Jambore Literasi

Tingkatkan Minat Baca, Sleman Gelar Jambore Literasi




Kepala disperpuska Sleman Ayu Laksmi Dewi

SEMBADA.ID -Minat baca warga Sleman masih rendah. Indikasinya tingkat kunjungan ke perpustakaan belum sesuai dengan yang diharapkan. Baik yang ada di kabupaten maupun yang ada di desa, termasuk mobil perpustakaan keliling dan perpustakaan yang dikelola masyarakat. Untuk itu, pemkab Sleman terus berupaya mencari solusi guna meningkatkan minat baca tersebut.  Di antaranya dengan menggelar jambore literasi di desa wisata Pentingsari, Umbulharjo, Cangkringan, Jumat-Sabtu (27-28/4/2018).

Kepala dinas perpustakaan dan kearsipan (Disperpuska) Sleman Ayu Laksmi Dewi mengatakan ada beberapa faktor  mengapa minat baca di Sleman masih rendah.  Terutama membaca dalam bentuk fisik, seperti  buku.  Selain sarana dan prasarana yang ada di perpustakaan masih minin, bahkan dapat dikatakan kurang representatif.  Juga lantaran adanya kemajuan teknologi yang menyebabkan perubahan dalam mencari informasi, yatu dari fisik ke online.

“Karena itu, perlu adanya pemahaman bersama untuk menyikapi adanya pergeseran ini. Sehingga nantinya ada kesamaan dalam upaya meningkatkan minat baca,”  kata Ayu soal rencana jambore literasi tersebut di Sleman, Kamis (26/4/2018),

Untuk itu,  jambore literasi tersebut bukan hanya sekedar pertemuan bagi para penggiat atau komponen yang terlibat dalam minat baca, namun lebih dari itu, akan menghasilkan pedoman untuk membuat program dalam meningkatkan minat baca. Karena itu, dalam jambore literasi itu juga akan diisi talkshow dan outbond.

“Hasil dari kegiatan jambore ini nantinya akan kami sampaikan ke perpustakaan nasional.  Jika dinilai bagus tidak menutup kemungkinan, jambore literasi ini dapat menjadi program nasional,”  ungkapnya.

Menurut Ayu,  untuk meningkatkan minat baca ini juga tidak bisa terlepas dari dukungan semua pihak,  termasuk dari keluarga itu sendiri.  Di antaranya dengan menciptakan waktu membaca (reading  time) di lingkungan keluarga.  Termasuk untuk hadiah juga dengan memberikan buku bacaan.

“Ini  juga sebagai langkah untuk mengantasi terjadinya kecanduan teknologi,  sekaligus mendorong melek literasi  dan mendukung  terwujudnya  Sleman Smart Regency,”  paparnya.

 Kabid perpustakaan  Disperpuska Sleman  Okti  Herawati menambahkan sebenarnya jika dilihat dari prosentase minat baca di Sleman, khususnya dari jumlah kunjungan ke perpustakaan sudah ada peningkatan. Yaitu 57% dari jumlah potensi usia membaca pada tahun 2016 menjadi 58% pada tahun 2017 atau naik 1%.  Potensi usia membaca sendiri dari 5 tahun ke atas.

“Prosentase ini baru  dari data  yang berkunjung ke perpustakaan,  sehingga jumlahnya diperkirakan lebih banyak lagi,” tambahnya. (prista)

Read More
Tiga  Pemuda  Mabuk Rampok  Toko Waralaba

Tiga Pemuda Mabuk Rampok Toko Waralaba




Dirreskrimun Polda DIY  Kombes Pol  Hadi Utomo meminta keterangan pelaku perampokan  toko  waralaba

SEMBADA.ID –Polda DIY menyatakan perang terhadap minuman keras (miras).  Selain bentuk antisipasi tehadap maraknya  peredaran miras di daerah lain, terutama miras oplosan, tindakan ini juga lantaran miras banyak disalahgunakan untuk melakukan tindak kejahatan. 

Terakkhir, seperti yang dilakukan tiga pemuda,  masing-masing Angga, 27, Arya, 26 dan Andreas, 25 karena mabuk, setelah mengkonsumsi miras oplosan jenis ciu, merampok toko waralaba yang ada di Jalan Yogya-Solo Km 10, Sorogenen,  Purwomatani, Kalasan, Sleman,  Senin (26/3/2018) dini hari pukul 03.00  WIB.

Terungkapnya kasus ini, setelah petugas  berhasil menangkap ketiganya,  di tempat berbeda, Senin (23/4/2018).  Angga di tangkap saat  ngamen di  sekitar   Jalan Kaliurag, sedangkan Arya dan Andreas di tempat kosnya di Yogyakarta.

“Ini bukti  dampak  miras bukan hanya berbahaya bagi kesehatan, namun juga untuk melakukan tindak kejahatan,”  kata Direskrimum Polda DIY Kombes Pol  Hadi Utomo, saat ungkap kasus  di Mapolda setempat, Kamis (26/4/2018).

Hadi menjelaskan  sebagai tindaklanjut  pemberantasan peredaran  dan penyalagunaan miras di wilayah hukum Polda DIY, maka akan melakukan operasi  gabungan  dengan satuan lain seperti jajaran narkoba, sabhara dan  intel serta instansi lain.   Sehingga  diharapkan dengan langkah ini, situasi DIY yang  sudah kondusif  tetap  aman.   Apalagi sebentar lagi akan masuk bulan Ramadhan.  

“Paling tindak dengan operasi miras ini dapat menekan sekecil mungkin korban miras dan dampak lainnya,”  ungkapnya.

Sedangkan tertangkapkan tiga pemuda tersebut,  hasil pengembangan dari rekaman CCTV  yang ada di toko waralaba itu. Dari rekeman terlihat  petugas kemudian melakukan penyelidikan dan setelah memastikan posisinya masih di Yogyakarta,  akhirnya berhasil menangkap mereka, Senin (23/4/2018).  Polisi berhasil mengamankan puluhan bungkus rokok bermacam merk, dua buah handpone milik karyawan  toko waralaba yang diambil  mereka dan sebilah pedang yang digunakan untuk mengancam karyawan toko itu.  

“Mereka dijerat pasal 365 KUHP tentang curat dengan ancaman hukuman di atas lima tahun,” terang Hadi

Menurut Hadi meski dari pemeriksaan mereka mengaku baru pertama kali melakukan tindakan tersebut dan dari rekam jejak di Polda DIY memang  belum ada  catatan residivis,  namun tetap akan mengembangkannya. Sebab tidak menutup kemungkinan,  mereka pernah melakukan tindakan yang sama di tempat lain.

Sementara  dari pengakuan para tersengka, sebelum melakukan perampokan mereka terlebih dahulu minum miras jenis ciu yang dibeli di daerah Gejayan, Caturtunggal, Depok, Sleman. Mereka melakukan tindakan itu baru pertama kali. Dalam melakukan aksinya menunggu situasi sepi dan untuk menakut-nakuti karyawan toko Waralaba dengan pedang.  Setelah berhasil menguasi situasi, mereka mengambil rokok, uang Rp3 juta dan dua handphone milik karyawan toko tersebut.
“Ya sebelum merampok saya mabuk dulu, dengan minun ciu,” aku Andreas. (prista)

Read More
Operasi  Patuh Progo 2018  Sasar  Pelanggar Lalu Lintas

Operasi Patuh Progo 2018 Sasar Pelanggar Lalu Lintas





Jajaran Polda DIY melakukan apel dimulainya operasi patuh progo 2018, di halaman Mapolda setempat, Kamis (26/4/2018). Operasi patuh progo 2018 akan berlangsung 26 April-9 Mei mendatang.

SEMBADA.ID  –Polda DIY menggelar operasi patuh Progo  2018 mulai 26 April hingga 9 Mei mendatang di seluruh wilayah Polda DIY.  Sasaran dalam kegiatan ini, para pengendara kendaraan yang  melakukan pelanggar  lalu lintas.

“Bagi yang melanggar  aturan lalu lintas akan ada tindakan represif atau diproses hukum sesuai aturan yang berlaku,’ kata Kapolda DIY, Brigjen Pol Ahmad Dofiri usai apal operasi patuh progo 2018, di halaman Mapolda setempat, Kamis (26/4/2018).

Dofiri mengatakan selain sebagai bentuk  penegakkan hukum,  tindakan tegas ini, sekaligus  sarana pembelajaran bagi masyarakat  agar dalam berlalu lintas mematuhi aturan yang  ada. Terutama tertib dan disiplin, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.  Dengan begitu diharapkan dapat meningkatkan  kesadaran  dalam berlalu lintas.

“Ini penting sebab secara umum kesadaran masyarakat dalam berlalu lintas masih rendah,”  terang mantan Kapolda Banten tersebut.

Menurut Dofiri masih rendahnya masyarakat dalam berlalu lintas itu dapat dilihat dari perilaku mereka di jalan raya. Di antaranya masih ada yang tidak memakai helm,  melawan arus lalu lintas, menerobos  lampu merah serta marka jalan.   
Karena itu,  yang akan menjadi sasaran dalam kegiatan ini,  yaitu pelanggaran yang kasat mata,  seperti tidak memakai helm, melawan arus, melanggar marka dan lampu merah, pengendara di bawah  umur,  berboncengan lebih dari satu  serta pelangaran lalu lintas lainnya.  Seperti dokumen dan kelengkapan kendaraan.
“Tindakan ini bukan hanya membahayakan bagi diri sendiri, namun juga penguna jalan yang lain,”  jelasnya.

Wadir Lantas Polda DIY AKBP Yugonarko menambahkan meski  akan melakukan tindakan represif namun tetap akan mengedepankan tindakan preemtif dan preventif. Untuk tindakan represif, selain akan melakukan tilang terhadap pelanggar lalu lintas yang potensial mengakibatkan kecelakaan lalu lintas, juga teguran dan himbauan agar tertib di jalan raya.  Baik mematuhi  peraturan lalu lintas maupun kendaran bermotor tersebut juga  harus lengkap dokumen dan lainnya.
“Untuk operasi patuh progo ini kami menerjunkan 800 personil di seluruh wilayah hukum Polda DIY,” tambahnya. (sindonews)

Read More
Sosialisasikan Museum Lewat Lomba Cerdas Cermat

Sosialisasikan Museum Lewat Lomba Cerdas Cermat




Kepala dinas kebudayaan (Disbud) Sleman Aji Wulantara menyerahkan  piala kepada juara lomba cerdas cermat  museum tingkat SMP se Sleman di MGM, Jalan Kaliurng KM 22,7 Hargobinangun,  Pakem,  Rabu (25/4/2018).




SEMNADA.ID – Museum sebenarnya satu di antranya  sektor  pendukung  pariwisata edukasi di Sleman.  Hanya saja belum semua masyarakat menjadikan meuseum sebagai sarana untuk menimba ilmu. Indikasinya  secara prosentase yang mengunjung  museum  baru 1,5%  dari  wisatawan.  Untuk itu, berbagai langkah terus dilakukan pemkab Sleman guna meningkatkan jumlah kunjungan ke museum. 

Satu di antaranya dengan menggelar lomba cerdas cermat  tentang museum tingkat SMP se Sleman.  di museum gunung merapi (MGM),  Jalan Kaliurng KM 22,7 Hargobinangun,  Pakem,  Rabu (25/4/2018).  Lima SMP mengikuti lomba ini, masing-masing  SMPN 1 Pakem, SMPN 2 Tempel, SMPN 1 Godean, SMPN 1 Kalasan, dan SMPN 1 Depok.

Kepala Dinas Kebudayaan  (Disbud) Sleman  Aji Wulantara mengatakan alasan dipihnya tema museum yaitu, sesuai dengan UU  11/ 2010 bahwa museum merupakan tempat edukasi bagi generasi muda. Ia mengatakan museum merupakan bagian dari media peradaban manusia.

“Dengan mengenal perdabannya kita akan lebih mencintai sesama, menghormati sesama, sehingga dapat hidup guyub dan rukun.” Kata Aji.

Tema ini diangkat agar museum kembali dikenal dan dicintai. Ia menegaskan bahwa masyarakat jangan berpresepsi yang keliru bahwa museum adalah tempat yang angker, namun museum adalah tempat untuk menimba ilmu pengetahuan.

Untuk itu  berharap melalui Lomba tersebut para peserta lomba dapat menjadi kader di sekolahannya masing-masing untuk menyuarakan bahwa museum layak untuk dikunjungi, sehingga akan tumbuh dengan luasnya pengetahuan dan intelektual  akan diimbangi dengan kecerdasan sosial budaya.

Juara  pertama dalam lomba cerdas cermat itu,  SMPN 1 Depok, juara kedua SMPN 1 Kalasan, dan juara ketiga SMPN 1 Godean.  Jjuri pada lomba tersebut  Petrus Lajim guru dari SMPN 1 Sleman dan Tri Marwidiningsih guru dari SMPN 2 Sleman. (sbd)

Read More