Labuhan Merapi Masih Diminati Warga
Juru kunci gunung Merapi Ki Kliwon Surakso Harga
alias Asih (kiri) memimpin ritual labuhan Merapi di lereng Merapi, Selasa
(17/4/2018)
SEMBADA.ID = Antusias masyarakat untuk mengikuti ritual labuhan
Merapi dalam rangka Tingalan Jumenengan Ndalam Raja Keraton Yogyakarta tidak
surut. Terbukti dalam pelaksaanan labuhan Selasa (17/4/2018) kemarin, ribuan orang
mengikuti ritual tersebut. Dari pantauan SINDO usai sholat Subuh, sekitar pukul
05.00 WIB, warga sudah berbondong-bondong menuju tempat awal prosesi ritual
labuhan. Yakni di petilasan kediaman juru kunci Merapi (alm) Mbah Maridjan,
Kinaherjo, Umbulharjo, Cangkringan, Sleman.
Bahkan beberapa rombongan dari luar daerah sudah
bermalam di tempat ini. Menjelang prosesi ritual dimulai, warga yang akan
mengikuti kegiatan tersebut terus berdatangan.
“Saya sengaja datang, bersama
rombongan, sejak tadi malam. Dan menginap disini. Sekaligus mengikuti beberapa
acara rangkaian labuhan,” aku warga Palangkaraya, Kalimantan Tengah (kalteng), Deri Supri, 24 yang mengikuti labuhan Merapi,
kemarin.
Dery mengaku baru pertama kali mengikuti ritual
labuhan Merapi. Selain ingin mengetahui bagaimana prosesi labuhan Merapi, juga
berharap dengan agar selalu mendapatkan keselamatan dan ketentraman jiwa.
Udara dingin pagi yang menyelimuti kawasan lereng
Merapi masih sangat terasa. Tepat pukul 07.00 WIB, juru kunci Gunung Merapi Ki
Kliwon Surakso Harga alias Asih memimpin labuhan di Gunung Merapi. Prosesi
tersebut diawali dengan memanjatkan doa yang dipimpin langsung Asih. Setelah
itu, perarakan labuhan yang dipimpin Asih diikuti oleh abdi ndalem dan ribuan
warga mulai berjalan dari petilasan kediaman Mbah Maridjan menuju tempat
labuhan di Sri Manganti kaki Gunung
Merapi.
Setelah berjalan sekitar 1,5 jam rombongan sampai di Sri Manganti. Uba
rampe labuhan dari Keraton Yogyakarta yang akan dilabuh kemudian dikeluarkan
dari kotak kayu tempat membawa barang labuhan.
Uba rampe yang terdiri dari Sinjang
Cangkring, Sinjang Kawung Kemplang, Semekan Gadhung, Semekan Gadhung Mlathi,
Semekan Bangun Tulak, Kampuh Poleng Ciut, Dhestar Dara Muluk, dan Paningset
Udaraga, masing-masing berjumlah satu lempar. Sela (kemenyan), Ratus (taburan menyan) dan
liyah konyoh (minyak wangi), yatra tindhih (uang tindih) satu amplop serta Ses
Wangen (rokok harum) satu contong dan kambil wathangan lalu digelar diatas altar labuhan.
Prosesi labuhan dilanjutkan dengan, membakar sela
ratus atau kemenyan, ritual ini sebagai awal menghaturkan barang labuhan kepada
Tuhan, melalui penjaga Gunung Merapi, yaitu Empu Rama, Empu Ramadi, Gusti
Panembahan Prabu Jagad (Sapujagad), Krincing Wesi, Branjang Kawat, Sapu Angin,
Mbok Ageng Lambang Sari, Mbok Nyai Gadhung Mlati dan Kyai Megantoto.
Prosesi labuhan kemudian dilanjutkan dengan pembacaan
doa yang dipimpin oleh pemuka agama. Seusai memanjatkan doa untuk memohon
keselamatan, keamanan, kesejahteraan dan ketentraman wilayah DIY. Prosesi labuhan diakhiri dengan dengan
pembagian nasi berkat, lauk dan jajanan pasar
kepada abdi dalem dan masyarakat yang mengikuti prosesi itu.
"Alhamdulillah, labuhan ini dapat berjalan dengan
lancar.” ungkap Asih seusai ritual labuhan Merapi.
Selain di Gunung Merapi, labuhan dalam rangka hajat
Ndalem Raja Keraton Yogyakarta ini juga digelar di Gunung Lawu, Karanganyar dan
Tirtomoyo, Wonogiri, Jawa Tengah serta Pantai Parangkusumo, Bantul. Untuk
labuhan di Gunung Lawu dan Tirtomoyo, Wonogiri waktunya bersamaan dengan Gunung
Merapi. Sedangkan di pantai Parangkusumo, dilakukan sehari sebelumnya atau pada
Senin (16/4/2018)).
0 Response to "Labuhan Merapi Masih Diminati Warga"
Posting Komentar