Krisis Moral dan Etika Bangsa Indonesia Masih Sulit Dikendalikan
Mantan ketua KPK Busyro Muqoddas saat
memberi kuliah perdana pascasarjana UMY, di kampus setempat, Sabtu (29/9/2018)
SEMBADA.ID – Mantan ketua KPK Busyro Muqoddas mengatakan peran elit partai politik,
birokat dan sektor swasta ditengarai
menjadi penyebab mengapa krisis moral dan etika yang dialami bangsa Indonesia
masih sulit untuk dikendalikan.
“Masifnya
korupsi politik, seperti kasus anggota DPRD Malan dan 55% kekayaan negara
dikuasi 100 warga negara sebagai contoh konkritnya,” kata Busyro saat memberikan
kuliah umum pascasarjana Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) di kampus setempat, Sabtu (29/9/2018). seperti dilansir sindonews
Busyro
menjelaskan korupsi politik yang terjadi
di Indonesia adalah dengan mengincar pembangunan infrastuktur, pengadaan barang
dan jasa untuk pembangunan nasional dan daerah. Menguatnya korupsi politik
tersebut karena sudah dalam bentuk corruption by desaign. Melalui
Raperda/Perda, RUU, UU dan kebijakan yang koruptif.
“
Selain itu juga melalui praktik politik uang dalam pilkada dan pemilu. Sehingga
menjadikan hal-hal tersebut sebagai produk yang membunuh moralitas konstitusi
dan penegakan hukum di Indonesia," paparnya.
Puncak korupsi politik dan korupsi demokrasi tersebut juga terjadi dalam bentuk praktik sistem ngijon, seperti dalam sejumlah kasus korupsi anggota DPR RI. Contohnya seperti kasus di Kota Malang. Dimana 41 dari 45 anggota DPRD Kota Malang menjadi tersangka korupsi. Kemudian sistemisasi, strukturasi dan masifikasi korupsi birokrasi nasional dan daerah, seperti pada pertengahan tahun 2018 dimana ada 97 kepala daerah tingkat I dan II yang berstatus tersangka/terdakwa di KPK.
Puncak korupsi politik dan korupsi demokrasi tersebut juga terjadi dalam bentuk praktik sistem ngijon, seperti dalam sejumlah kasus korupsi anggota DPR RI. Contohnya seperti kasus di Kota Malang. Dimana 41 dari 45 anggota DPRD Kota Malang menjadi tersangka korupsi. Kemudian sistemisasi, strukturasi dan masifikasi korupsi birokrasi nasional dan daerah, seperti pada pertengahan tahun 2018 dimana ada 97 kepala daerah tingkat I dan II yang berstatus tersangka/terdakwa di KPK.
“Dengan
obyek korupsi Dana APBD/P, Otonomi Khusus, Infrastruktur dan perizinan RT/RW,
serta pertambangan," tandasnya.
Selain itu, sistem politik yang terjadi di Indonesia membuat orang diperbudak oleh nafsu kekuasaan, yang berujung pada penghalalan segala cara untuk mewujudkan segala ambisinya. Maka dari itu Busyro menekankan kepada para mahasiswa Pascasarjana sebagai perwakilan insan yang berilmu untuk menjaga diri dari seretan arus perbudakan nafsu kekuasaan.
"Tanggung jawab orang berilmu sangat berat, karena ilmu bisa menjadi malapetaka jika ilmu itu tidak memiliki kualitas, seperti kualitas keberpihakan. Tak jarang kemudian banyak orang yang tidak mengamalkan ilmunya, hanya untuk memenuhi ambisinya (tidak sesuai dengan konsentrasi studi, red)," terang dosen Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta ini.
Untuk
mewujudkan keadaban politik berkemajuan, Busyro merekomendasikan agenda setting
revitalisasi perguruan tinggi dalam orientasi pembangunan nasional berspirit
politik dan diterapkannya mata kuliah yang mendukung bagi Pascasarjana Universitas Muhammadiyah.
0 Response to "Krisis Moral dan Etika Bangsa Indonesia Masih Sulit Dikendalikan"
Posting Komentar