
Atasi Bekurangnya Tenaga Tanam Padi, Sleman Kenalkan Alat Tanan Padi Transplanter
Bupati Sleman Sri Purnomo mencoba alat
tanam padi di Surogedug Lor, Madurejo, Prambanan, Sleman, Jumat (30/11/2018). foto sembada.id/rizal
SEMBADA.ID -Pemkab
Sleman terus mencari solusi untuk meningkatkan
produksi pertanian. Terutama padi. Di
antaranya dengan mengunakan alat mesin tanam pertanian (alsintan) Transplanter.
Hal
ini bukan tanpa alasan. Sebab saat ini bukan
hanya lahan pertanian yang menyusut namun tenaga tanam (petani) juga berkurang. Indikasinya saat musin tanam tiba dipastikan
sulit mencari tenaga tanam.
Selain
itu, dengan alat ini juga aka menghemat
waktu dan biaya, termasuk untuk produksi juga dapat meningkat rata-rata 10%
per hekatarenya dibandingkan dengan sistem tanam secara manual. Sehingga Sleman tetap dapat swasembada
pangan, termasuk me njadi lumbung pangan di DIY.
“Inilah
yang terus kami lakukan,” kata bupati Sleman Sri Purnomo saat tanam perdana
dengan Alsintan Transplanter di lahan kelompok tani Ngudi Makmur,
Sorogedug Lor, Madurejo,
Prambanan, Jumat (30/11/2018)
Sri
Purnomo menjelaskan pada umumnya
penerapan teknologi, baik itu di
bidang pertanian maupun bidang lainnya, yaitu untuk efisiensi, baik dalam hal
tenaga kerja, biaya maupun hal teknil lainnya. Termasuk meningkatkan produksi.
“Karena
itu terus akan melakukan pendampingan
kepada petani maupun kelompok-kelompok
tani dalam penggunaan Alsintan tersebut,” terangnya
Petani
yang sekaligus ketua kelompok tani Ngudi Mekar, Sorogedug,
Madurejo,Prambanan, Sleman,
Hartono mengatakan adanya alat ini bukan hanya membantu petani dalam
menanam padi, namun juga meningkatkan produksi padi. Dimana sebelum mengunakan
Transplanter saat musim tanam kesulitan mencari tenaga tanam, namun sekarang
sudah tidak lagi.
Bukan
itu saja, jika bertanam pada dengan cara manual, per hektarnya rata-rata menghasilnkan 9 ton, dengan alat ini menjadi 10 ton. Kelompok tani Ngud Mekar sendiri sudah
memanfaatkan teknologi tanam tersebut dua tahun lalu.
“Selama
mengunakan alat bantu mesin tersebut dalam jangka waktu dua tahun, terdapat perbedaan yang signifikan,”
ungkapnya.
Cara
kerja Transplanter sendiri, yaitu dengan
sistem penanaman serempak, sehingga lebih cepat dalam menanam padi. Dalam
sekali jalan, mesin ini mampu menanam padi dalam beberapa barisan. Sedangkan
petani hanya perlu mengontrol lajur mesin tersebut sehingga berjalan pada garis
yang terlah ditentukan.
“Melalui
cara kerja mesin tersebut bisa dihasilkan perbedaan yang signifikan,” jelasnya.
Kepala
Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan (DPPP) Sleman, Heru Saptono menambahkan meski
penggunaan
alsintan ini sangat membantu petani, namun bukan berarti tidak ada kendala. Di antaranya karena untuk Transplanter jumlahnya masih terbatas. Sebab Sleman baru
memiliki empat unit.