Amikom Gelar Coaching Clinic Film, Targetkan Indonesia Jadi Pusat Film Dunia
Rektor Amikom Suyanto memberikan pemaparan saat coaching clinic tbagaiman
membuat film berkualitas dan profesinal akting di ruang cinema unit 6 kampus
se
SEMBADA.ID – Universitas Amikom Yogyakarta menggelar cloaching clinic bagaimana membuat film berkualitas dan profesional akting di ruang cinema unit 6 kampus setempat, Jalan Pajajaran (ringroad), Condongcatur, Depok, Sleman, Jumat (23/11/2018).
Kegiatan yang merupakan rangkaian dari road to festival film Indonesia (FFI) 2018 ini menampilkan dua pembicara, yaitu rektor Amikom Yogyakarta, Suyanto dan aktor Ray Sahitapy. Termasuk di akhir acara hadir aktor Tio Pakusadewo.
Rektor Amikom Suyanto dihadapan ribuan mahasiswa dan komunitas film Yogyakarta yang mengikuti acara tersebut memaparkan bagaimana proses kreatif dalam membuat film yang berkualitas, mulai dari tema yang akan diangkat maupun hal-hal teknis untuk mendukung karya itu.
Sehingga dengan persiapan tersebut, nantinya akan menghasilkan karya film, yang bagus dan sempurna.
“Hal lain yang sangat dibutuhkan dalam membuat karya, yaitu kreatifitas,” kata Suyanto, seperti dilansir sindonews, Jumat (23/11/2018).
Menurut Suyanto bagus tidaknya suatu karya itu juga terletak pada pengemasannya. Jika karya itu dikemas dengan baik tentunya aka menghasilkan karya yang berkualitas. Ia mencontohkan, untuk film-film yang dibuat juga dengan tema yang sederhana, yaitu dari pengalaman kehidupan sehari-hari maupun tema lokal. Namun begitu dengan kreatifitas, bisa menghasilkan film yang berkualitas termasuk mendapatkan penghargaan dan dijual ke internasional.
“Karena itu, mengajak kepada generasi dan sineas muda untuk terus berkreasi dengan kreatifitas dalam menghasilkan karya. Sehingga meski dengan cerita lokal namun bernuasna Holywood,” paparnya.
Suyanto sendiri beharap dengan film yang berkualitas tersebut, nantinya berfilman di Indonesia selain akan semarak namun juga bisa diterima di internasional dan mendunia. Sehingga Indonesia menjadi pusar film dunia.
Aktor Ray Sahitapy memaparkan tentang pengalaman dirinya berkecimpung di dunia film selama 34 tahun. Di antaranya bagaimana aktor itu harus bisa memainkan bermacam karakter.Bukan hanya dari sisi watak namun juga dialog. Sehingga, jika mendapatkan peran bisa mendalami dan total serta natural.
“Inilah yang harus menjadi perhatian,” ungkapnya.
Ray sendiri berharap dengan pola pikir yang tertata rapi, akan membawa perkembanga film di Indonesia terus maju. Apalagi dengan posisi Indonesia yang berada di dua samodera dan dua benua serta di belah garis katulistiwa. Sehingga Indonesia memiliki peran yang penting, terutama dalam menjaga keseimbangan sesuai dengan filosofi bangsa.
Panitia road to FFI 2018 Agung menambahkan selain untuk mengaungkan kembali perfilman dan persatuan artis film Indonesia (Parfi) DIY, sekaligus mengandeng sineas muda untuk terlibat di dunia industri kreatif, khususnya film.
“Karena itu acara ini lebih menyasar ke mahasiswa dan generasi muda terutama komunitas film,” tambahnya. (sbd)
SEMBADA.ID – Universitas Amikom Yogyakarta menggelar cloaching clinic bagaimana membuat film berkualitas dan profesional akting di ruang cinema unit 6 kampus setempat, Jalan Pajajaran (ringroad), Condongcatur, Depok, Sleman, Jumat (23/11/2018).
Kegiatan yang merupakan rangkaian dari road to festival film Indonesia (FFI) 2018 ini menampilkan dua pembicara, yaitu rektor Amikom Yogyakarta, Suyanto dan aktor Ray Sahitapy. Termasuk di akhir acara hadir aktor Tio Pakusadewo.
Rektor Amikom Suyanto dihadapan ribuan mahasiswa dan komunitas film Yogyakarta yang mengikuti acara tersebut memaparkan bagaimana proses kreatif dalam membuat film yang berkualitas, mulai dari tema yang akan diangkat maupun hal-hal teknis untuk mendukung karya itu.
Sehingga dengan persiapan tersebut, nantinya akan menghasilkan karya film, yang bagus dan sempurna.
“Hal lain yang sangat dibutuhkan dalam membuat karya, yaitu kreatifitas,” kata Suyanto, seperti dilansir sindonews, Jumat (23/11/2018).
Menurut Suyanto bagus tidaknya suatu karya itu juga terletak pada pengemasannya. Jika karya itu dikemas dengan baik tentunya aka menghasilkan karya yang berkualitas. Ia mencontohkan, untuk film-film yang dibuat juga dengan tema yang sederhana, yaitu dari pengalaman kehidupan sehari-hari maupun tema lokal. Namun begitu dengan kreatifitas, bisa menghasilkan film yang berkualitas termasuk mendapatkan penghargaan dan dijual ke internasional.
“Karena itu, mengajak kepada generasi dan sineas muda untuk terus berkreasi dengan kreatifitas dalam menghasilkan karya. Sehingga meski dengan cerita lokal namun bernuasna Holywood,” paparnya.
Suyanto sendiri beharap dengan film yang berkualitas tersebut, nantinya berfilman di Indonesia selain akan semarak namun juga bisa diterima di internasional dan mendunia. Sehingga Indonesia menjadi pusar film dunia.
Aktor Ray Sahitapy memaparkan tentang pengalaman dirinya berkecimpung di dunia film selama 34 tahun. Di antaranya bagaimana aktor itu harus bisa memainkan bermacam karakter.Bukan hanya dari sisi watak namun juga dialog. Sehingga, jika mendapatkan peran bisa mendalami dan total serta natural.
“Inilah yang harus menjadi perhatian,” ungkapnya.
Ray sendiri berharap dengan pola pikir yang tertata rapi, akan membawa perkembanga film di Indonesia terus maju. Apalagi dengan posisi Indonesia yang berada di dua samodera dan dua benua serta di belah garis katulistiwa. Sehingga Indonesia memiliki peran yang penting, terutama dalam menjaga keseimbangan sesuai dengan filosofi bangsa.
Panitia road to FFI 2018 Agung menambahkan selain untuk mengaungkan kembali perfilman dan persatuan artis film Indonesia (Parfi) DIY, sekaligus mengandeng sineas muda untuk terlibat di dunia industri kreatif, khususnya film.
“Karena itu acara ini lebih menyasar ke mahasiswa dan generasi muda terutama komunitas film,” tambahnya. (sbd)
0 Response to "Amikom Gelar Coaching Clinic Film, Targetkan Indonesia Jadi Pusat Film Dunia"
Posting Komentar